Ego.
Di balik suatu temu ada rahasia semesta dalam andil
menyatukan kita. Untuk menjadi satu, mungkin ada dua yang harus melebur dari
kekerasan hati yang masih belum mau membaur. Entah siapa yang terlalu meninggi
dengan ego tanpa memikirkan nasib hati. Dan entah siapa korban di balik
berakhirnya cerita ini tanpa berakhir dengan kita?
Terlebih tak ada garis yang bisa mendamaikan inginku dan
inginmu. Yap, ego yang memenangkan pertarungan ini. Di satu sisi, ada aku dan
ketetapanku. Ingin jadikan kita yang tak punya cerita biasa, namun cerita
sepanjang masa. Di sisi lain ada kamu, juga dengan ketetapanmu. Membiarkan
dirimu ikuti alur, sebuah arus rasa yang tak menentu kemana hendak menuju.
Kini, sampailah kita pada titik ini. Persimpangan yang lain, dan semuanya mulai
dipertanyakan.
Beberapa persimpangan kita lewati, beberapa keputusan
besar diambil; tak jarang mengorbankan ego hati. Untuk ini seperti sudah leleh
mengalah, kita tak mampu bersepakat untuk memilih arah. Kita seperti harus
memilih jalan tengah; berpisah.
Usaha kita coba menyatukan beragam pikiran dari berbagai
bagian. Menyuarakan apa yang selama ini sudah menjadi pilihan. Tetap hanya
sia-sia yang ada.
Ada beberapa hal yang sudah mengalami perubahan, dan kita
tak lagi sedang membawa kecocokan yang pernah kita banggakan.
Ego